Thursday, March 29, 2007

Jualan di Mall

Teman2 ada yg ingin jualan di mall dengan biaya minimal?

Kebetulan saya ada 2 outlet di mall, 1 di plaza cibubur, 1 lagi di bogor trade mall. Saya ingin ajak teman2 yg ingin jualan tapi terkendala dengan sewa space yg lumayan mahal, per meter sekitar 600 ribu per bulan, dan kadang diminta bayar beberapa bulan sekaligus dimuka.

Utk setiap outlet, saya menyediakan space utk 2 gawang (biasa dipakai utk gantungan baju) berukuran 1 m.

Barangnya bisa berupa apapun asal tidak sejenis dg barang yg saya jual, dan barang itu bisa digantung di gawang. Tapi harus 1 tema dengan toko saya, yaitu muslim fashion.

Biayanya hanya Rp. 450.000 per bulan, dibayar bulanan, kontrak selama 3 bulan. Dan keuntungan penjualan 100% jadi milik anda.

Yang perlu anda siapkan hanya :
  1. Produknya
  2. Alat displaynya (gawang)
  3. Penjaganya

Dengan asumsi gaji karyawan rp. 500.000 per bulan, sewa space rp. 450.000 per bulan, maka BEP tercapai hanya dengan keuntungan minimal rp. 32.000 per hari.

Jika marginnya 30%, berarti operasional sudah tertutup jika omzet mencapai rp. 106.000 per hari, lebih dari itu adalah keuntungan anda.

Silahkan dipelajari apakah ini feasible untuk usaha anda.

Bisa jadi ini hanya sebagai sarana belajar dan batu loncatan, karena dg membuka 'pos' di mall akses terhadap aneka informasi seputar mall seperti kios yg mau dijual, berapa harganya, kapan ada pameran, networking dgn pedagang lain, dimana beli barang dg harga bagus, dimana tempat jual yg rame, dsb. akan semakin terbuka lebar.

Jika berminat, silahkan email saya di saturyad@yahoo.com

.

Tuesday, March 27, 2007

Jualan di Internet via Blog

Sekitar okt-nov 2006, di milis TDA rame membahas soal internet marketing. Saya pikir2.. gimana kalo jualan di internet lagi ya... tapi mau bikin web yg rada prof kok males, cari yg gratisan aja deh..

Setelah lihat kiri kanan, kenapa ga pake blog aja ya? Coba2 create blog, mikir konsepnya, scan brosur2, edit, bikin artikelnya.. akhirnya 20 nov 06 jadilah blog Ruzika Collection.

Hanya beberapa hari setelah online, email dan sms mulai berdatangan dari berbagai daerah, wah rame nih... :)

Sampai akhirnya datang order pertama dari makassar, jumlahnya ga banyak, seingat saya 3 atau 4 item, tapi senang sekali, ini orderan pertama dari web.

Yang bikin bingung adalah bagaimana kirimnya, coba tanya kesana kemari, akhirnya malah ketemu di dekat rumah ada wartel yg juga jadi agen pos dan tiki. Kadang juga pakai dari multiplus, karena untuk kota2 tertentu lebih murah. Soal kirim barang, beres.

Nggak lama kemudian, mulai berdatangan order dalam jumlah lusinan, dari jabotabek, jawa tengah, jawa timur, nusa tenggara, bali, sulawesi, kalimantan, sumatra. Tapi kalo baca di www.google.com/analytics pembaca blognya malah sampai ke amerika, amerika utara, eropa, timur tengah, asia tengah, asia timur, yg ga ada cuma dari afrika dan australia, kenapa ya?

Kemudian ada pembaca blog dari singapore, orang indonesia yg tinggal disana, beberapa kali memesan produk kami, tapi pengiriman barangnya tidak langsung kesana tapi melalui saudaranya yg tinggal di jakarta dan di batam, untuk kemudian di bawa sendiri ke singapore.

Rupanya kejadian diatas adalah proses tahapan menuju export, karena kemudian ada lagi pembaca blog, orang asli malaysia, yg memesan barang juga, awalnya hanya pesan 2 buah, wah... ongkos kirim dan harga barangnya nyaris sama, tapi ini adalah export kita yg pertama, hehe...

Setelah barang diterima, ternyata istri beliau senang dan akhirnya memesan dalam jumlah yg lebih banyak utk ditawarkan ke teman2nya.

Bahkan beberapa hari lalu, ada lagi order dalam jumlah yg belum pernah kita peroleh, bahkan dari orderan lokal, dari orang yg berbeda di singapore dan malaysia.

Dengan semakin banyaknya order dari web, ternyata memunculkan masalah baru, karena antara supply dan demand makin terasa ada jarak. Apa yg diorder, belum tentu ada stoknya.

Kalo di toko sih lebih mudah, kalo model or warna yg diinginkan ga ada, masih bisa ditawarkan model or warna lain yg mirip, dan pembelinya juga bisa melihat langsung barangnya, jadi lebih mudah disubstitusi.

Tapi kalo di web kan beda, makanya kalo pembeli selain order asli juga kasih alternatif model or warna or size, akan lebih mudah buat kita... :)

Utk ngatasin ini, awalnya kita coba penuhin stok dg sebanyak mungkin kombinasi model, warna dan size. Kalo utk kasus SIK Clothing, ada 32 model, masing2 bisa ada 3-4 warna, masing2 ada size S-M-L, kalo mau dikompletin semua satu2, berarti ada 300an item, wah.. butuh modal lumayan nih buat sekali belanja.

Tapi seminggu kemudian, karena brg cuma ada 1-2-3 per model-warna-size, udah mulai banyak kosong lagi, jadi waktu barang pesanan sebelumnya datang, kita sudah harus siap dengan order berikutnya ke pabrik.

Yang repot kalo ada order untuk satu model tertentu dalam jumlah banyak, udah pasti susah, kalo ada begini kita coba kerjasama dengan beberapa agen yg lain, kalo mereka ada barang, kita beli dulu, konsekwensinya margin tipis banget krn bukan beli ke pabrik, tapi gapapa yg penting pembeli puas. Kalo mereka ga ada, ya terpaksa kita pesan lagi ke pabrik, tapi ini butuh waktu.

So far.. jualan di internet menyenangkan kalo dilihat dari sisi ini : ga sewa tempat, ga bayar karyawan, ga bayar listrik n service charge, tinggal duduk, cek email / sms, cek stok, cek rekening, lalu kirim barang, tapi omzetnya berkali-kali lipat dari outlet kami yg di cilengsi.

Belum lagi dari blog itu kita bisa nambah kenalan, nambah teman. Karena ada pembaca blog yg tidak beli produknya, tapi mengambil spiritnya untuk juga memulai usaha. Hal yg seperti ini tidak bisa dinilai dg uang semata.

Terus terang ini diluar perkiraan, karena tadinya saya pikir orang kalo beli baju or jilbab akan lebih suka kalo liat dulu, pegang dulu... tapi itu ternyata udah jaman dulu. Dan saya beruntung berada di lingkungan TDA.

Tapi.. saya terima kasih banget kalo pak Roni (contoh kasus dg manet-nya) atau rekan2 TDA yg lain mau ngajarin saya bagaimana mengelola stok sehingga supply dan demand bisa match....


.

Wednesday, March 21, 2007

Persiapan Jadi Pengusaha (Full TDA)

Saat ini status saya masih amphibi, karyawan iya, usaha iya. Sebetulnya enak sih dapat income dari sana sini. Tapi pada akhirnya suatu saat nanti saya harus fokus pada usaha yg sekarang dirintis (istilahnya, jadi full TDA), karena peluang dari usaha lebih besar dibanding sekedar jadi karyawan, ini pengalaman saya lho... pengalaman teman2 yg lain bisa jadi berbeda.

Tapi apakah usahanya sdh bisa diandalkan? Apakah usahanya bisa mensupport keluarga? Apakah usahanya mampu bertahan menghadapi tantangan jaman?

Itu pertanyaan sulit dan semua pertanyaan itu belum bisa saya jawab sekarang.

Saat ini yg saya lakukan adalah terus membangun dan mengembangkan usaha dengan memakai semua resource yg saya punya. Makin banyak resource yg dipakai, makin cepat bisnis berputar. Salah satu resource penting adalah uang.

Tapi karena gaji terbatas, uang yg saya punya juga ga banyak, jadi harus menggunakan uang pihak lain. Bagaimana supaya pihak lain percaya dengan kemampuan saya membayar cicilan hutang sehingga mereka mau meminjamkan uangnya? Ini bukan perkara gampang.

Kalau kita mengajukan kredit ke bank dgn status sebagai pengusaha, mereka meminta NPWP, SIUP, TDP, badan hukum usaha, usaha sudah jalan minimal 2 tahun, copy rekening 3 bulan terakhir, wah.. ribet banget.

Untungnya -luck factor nih- dengan status karyawan, saya masih bisa mengajukan kredit hanya dengan modal slip gaji. Terus terang saya hobi ngutang dan dengan ngutang ini saya bisa beli beberapa rumah walaupun tipe imut semua. Ga kebayang kalau saya dulu cuma mengandalkan tabungan, pasti asset saya jauh dari yg ada sekarang.

Tapi dari situ saya tau, supaya usaha saya bisa survive, supaya bisa full TDA, supaya bisa tetap menjalankan hobi ngutang, yg harus saya harus lakukan adalah :
  1. Membentuk badan hukum untuk menaungi usaha, lengkap dengan segala atributnya seperti NPWP, SIUP, TDP dan entah apa lagi. Dan jangan lupa, mengangkat diri sendiri jadi direktur, hehehe....
  2. Menjalankan usaha ini paling tidak 2 tahun, sehingga tahu apa saja permasalahan yg akan dihadapi dan bagaimana mengatasinya, paling nggak sudah punya jam terbang lah.
  3. Membuat catatan mutasi rekening bank yg ramah kredit (kata lain dari big profit), sehingga begitu melihat catatan ini bank akan langsung berebut dan tertarik utk kasih pinjaman.
  4. Baru setelah itu saya bisa resign dari TDB dgn aman.

Ya... baru itu yg kepikiran sekarang ini... :)

Tapi saya yakin jalannya tidak harus seperti itu, pasti ada banyak faktor lain yg sesuai untuk kondisi masing2 orang.

Wednesday, March 14, 2007

It Always Between You and God

Orang kerap kali tak bernalar, tak logis dan egois
Biar begitu, maafkanlah mereka

Bila engkau baik, orang mungkin akan menuduhmu menyembunyikan motif egois
Biar begitu, tetaplah bersikap baik

Bila engkau jujur dan berterus terang, orang mungkin akan menipumu
Biar begitu, tetaplah jujur dan berterus terang

Bila engkau sukses, mungkin engkau akan mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati
Biar begitu, tetaplah meraih sukses.

Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin akan dihancurkan seseorang dalam semalam
Biar begitu, tetaplah membangun

Bila engkau menemukan ketenangan dan kebahagiaan, orang mungkin akan iri hati dan dengki
Biar begitu, tetaplah berbahagia dan temukan kedamaian hati

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin akan dilupakan orang keesokan harinya
Biar begitu, tetaplah lakukan kebaikan

Berikan pada dunia milikmu yang terbaik, dan mungkin itu tak akan pernah cukup
Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik

Ketahuilah pada akhirnya,
Sesungguhnya ini semua adalah masalah antara engkau dan Tuhan
tidak pernah masalah antara engkau dan mereka


* Mother Theresa - dari emailnya pak Hasan Basri [hasan.basri@siemens.com]