Sunday, December 10, 2006

Jadi korban gusuran.

Awal th 92, setelah 2 th berusaha menabung 75% dari gaji bulanan (kok bisa? ya iya wong makan dan tidur masih nebeng orangtua) ditambah uang saku dari hasil ngerjain proyek di jepang selama 3 bulan akhirnya saya bisa bayar DP rumah di daerah Harapan Baru Taman Bunga Cibubur. Senang? Ya iya lah, namanya masih kuliah, baru kerja 2 th, sdh dapat rumah.

Memang dari awal saya bekerja, target awal adalah segera beli rumah sendiri, karena saya merasakan sendiri kesulitan yang saya alami karena berpindah-pindah tempat tinggal.

Lokasi rumah ini saya temukan tidak sengaja saat sedang jalan-jalan. Saya lihat lokasinya persis di pinggir jalan raya. Aksesnya relatif mudah. Dekat dengan tempat tinggal orangtua. Yang paling penting, nilai DPnya cocok dg kocek.

Akhirnya saya ambil satu rumah tipe 45/120.

DP saya bayar cicil selama beberapa bulan, kalo ga salah 6 bulan. Sambil mencicil DP, proses dibarengi dengan kegiatan usaha memperoleh KPR.

Dari menyiapkan surat keterangan dokter, surat keterangan kerja, surat keterangan penghasilan, pengisian form pengajuan KPR. Ini semua adalah hal baru buat saya saat itu. Yang saya rasakan adalah pengisiannya dokumennya cukup tricky... ;)

Akhirnya rumah sdh jadi, dan saya dipanggil untuk wawancara kredit, dan... berhasil. Walau sebetulnya ini cukup berat untuk saya. Saya ambil kredit 5 th. Dan besar cicilan bulanannya nyaris 70% gaji bulanan.

Tapi ga apa-apa, saya sdh biasa berhemat sejak kecil. Jaman SMA saya pernah rutin beli permen chicklet isi 12 biji seharga rp. 200. Tiap hari saya hanya bawa 2 biji untuk jatah 1 hari, soalnya kalo saya bawa sebungkusnya, bisa habis diminta teman-teman. Dengan cara seperti itu rp. 200 bisa buat seminggu, hehehe... Ini sih bukan hemat pangkal kaya, tapi memang karena uang jajan cekak.

Nyaris tiap sore sepulang kantor saya datangi rumah itu, saya tanami rumput, buat taman, saya pel, pokoknya saya ingin rumah itu kelihatan rapih setiap saat.

Sayangnya, akhirnya rumah ini tidak pernah saya tempati. Karena sejak menikah tahun 1995, saya menempati rumah yang lain, dan rumah ini kemudian disewakan sampai sekarang.

Sejak beberapa tahun yang lalu saya sempat dengar selentingan akan ada pembangunan jalan tol dari depok ke jagorawi, tapi lokasi mana yang tergusur tidak pernah jelas.

Sampai hari minggu lalu saya menerima pemberitahuan dari Pak RT Darmawan (beliau adalah boss saya dikantor yang lama yang dulu sama-sama ke jepang dan kemudian sama-sama beli rumah di lokasi yg sama, dan kemudian sama-sama tergusur) untuk hadir di rapat RT yang membahas soal penggusuran.

Akhirnya... setelah sekian lama terlalu sering membaca berita tentang penggusuran untuk berbagai macam proyek... eh... ternyata saya mengalami sendiri. Rumah yang sangat bersejarah akhirnya akan jadi jalan tol.

Memang belum jelas berapa nilai penggantiannya, tapi yang saya dengar, Pak Nur Mahmudi walikota depok menjanjikan ganti untung, bukan ganti rugi.

Harusnya memang begitu. Dengan adanya jalan tol cinere jagorawi (Cijago) ini, pemerintah diuntungkan, kontraktor untung, pengelola untung, warga pemakai untung, warga sekitar untung, masa cuma kita-kita pemilik tanah yg lokasinya dijadikan jalan tol yang tidak untung? Kan keterlaluan... tul ga? Kita lihat saja janji pak Walikota yang mantan petinggi partai PKS ini, mudah2an bisa memegang amanah.

Selain itu, kalo kita digusur, yah.. pengennya sih bisa untuk beli rumah lagi minimal dengan luas tanah dan bangunan yang sama di lokasi dekat2 situ, ditambah biaya pindah, ditambah biaya urus ini-itu, ditambah kompensasi benefit, rasanya ga terlalu berlebihan kan?

Sebetulnya saya ada terpikir opsi lain. Bagaimana kalau misalnya nilai bangunan kita dikonversi jadi saham di jalan tol tsb? Tapi untung ga ya buat kita2?

Dari hasil rapat kemarin diinformasikan uang gusuran akan dibayarkan sekitar bulan april 2007. Mudah2an semua lancar....

Ada teman yang tanya, duit gusuran mo buat apa?
Yang pasti ga buat kawin lagi...... hehehehe......

No comments: