Thursday, January 18, 2007

A Forever Friend
.
.
.
Sometimes in life
you find a special friend
Someone who changes your life
just by being part of it

Someone who makes you laugh
until you can't stop
Someone who makes you believe
that there really is good in the world
Someone who convinces you
that there really is an unlocked door
just waiting for you to open it
This is Forever Friendship

When you're down
and the world seems dark and empty
Your forever friend lifts you up in spirit
and makes that dark and empty world
suddenly seem bright and full

Your forever friend gets you through
the hard times, the sad times
and the confused times
If you turn and walk away
your forever friend follows
If you lose your way
your forever friend guides you
and cheers you on

Your forever friend holds your hand
and tells you that
everything is going to be okay
And if you find such a friend
you feel happy and complete
because you need not worry
You have a forever friend for life
and forever has no end...........
.
.
.
Feeling a little bit romantic now? ;)
Buat yg butuh, silahkan lho kalo mau di copy paste trus dikemas lagi dalam bentuk yg lebih cantik utk diberikan kepada suami, ke istri, ke pacar, ke calon pacar.
Kalo pake poem ini dijamin sukseslah....
.

Tuesday, January 2, 2007

Wawancara di Republika 1

Masuk koran lagi euy... :)
Setelah pensiun dari model dadakan untuk produk barcode printer TEC 14 th yg lalu (sempat tayang di Kompas, Jawa Pos, Pikiran Rakyat dan Tempo), sabtu tgl 23 des 2006 kemarin muncul lagi di Republika, makasih ya mas Iman...

Artikel ini dikutip dari :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=276641&kat_id=458


Memilih Tangan di Atas

Ini komunitas yang solid. para wirausahawan ini membentuk komunitas Tangan di Atas TDA). Ajang komunikasi menggunakan milis. Semua persoalan bisnis dibahas, lalu dicarikan solusinya. Solusi yang ditawarkan seringkali bukan berupa wacana, tetapi action nyata. Pelatihan membuat webstore (toko di internet), masalah akuntansi, dan lainnya, pun digelar untuk peserta milis. Hasilnya? Komunitas milis ini mampu mencetak enterpreneur-enterpreneur baru dalam waktu sekejap.

Tak keliru Ryaad Kusuma merapat ke TDA. Dari komunitas inilah Ryaad menemukan bisnis online-nya. Suatu saat Ryaad Kusuma membaca e-mail Hadi Kuntoro di milis TDA soal usaha jilbabnya di Bekasi. Ia tertarik. ''Omzetnya luar biasa,'' kata dia beralasan. Tak lama, ia sudah meluncur ke toko jilbab Rabbani milik Hadi. Pada pertengahan Juli 2006, dengan modal Rp 3 juta, Ryaad pun sudah memulai usaha baru. Barangnya diperoleh dari agen Rabbani di Bekasi. Jalur distribusi pun ia peroleh lewat sharing informasi di milis.

Saat ini Ryaad sudah punya sebuah kios busana muslimah di bilangan Plaza Cibubur, Cibubur. Pada November lalu, ia mulai berjualan via internet. Pelanggannya tersebar di Bontang, Kaltim, hingga Sumbawa, NTB. Besar omzet? ''Lumayan. Saat Lebaran, apalagi,'' tutur Ryaad yang pegawai swasta di kawasan industri Cikarang itu.

Lewat milis, mereka bahu-membahu. Sesuai namanya --tangan di atas-- komunitas ini memiliki visi: gemar memberi kepada sesamanya. Lewat komunitas ini, para pengusaha yang lebih mapan memberi solusi kepada para pemula atau yang belum berpengalaman sekali.
''Kita ingin menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Menumbuhkan semangat berwirausaha adalah solusi konkret permasalahan ekonomi bangsa,'' kata Badroni Yuzirman. Karenanya, istilah TDA seringkali dipelesetkan menjadi Take Double Action. TDA menghindari banyak diskusi dan perdebatan yang tidak produktif. Solusi, kata dia. harus dengan aksi nyata.

Anria semula mengaku bingung mencari jenis bisnis. Lewat milis TDA, ia mulai terbuka mata. Sempat bingung cari-cari barang, Anria memperolehnya berkat cawe-cawe di internet ini. Bukan cuma peluang dan relasi bisnis, Anria juga memperoleh pasokan motivasi dari tulisan-tulisan di milis.

''Kita menumbuhkan suasana saling mendukung. Dengan bersama-sama segalanya akan lebih ringan,'' kata Badroni. ''Dengan sharing di internet mengenai problem kita, kita seringkali disadarkan bahwa bukan kita saja yang dilanda problem tersebut. Ada orang lain. Ini akan menguatkan kita. Apalagi kalau kita cari solusinya bersama-sama.'' tambah Ryaad. imy

Wawancara di Republika 2

Artikel ini dikutip dari :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=276642&kat_id=458


Berbisnis Lewat Internet
Bertukar pikiran lewat internet, mereka membangun bisnis di rumah.

Nama saya Roni. Sejak Maret 2004 saya dan istri memutuskan memulai bisnis menggunakan internet dan direct marketing dari rumah. Alasannya, Jakarta macet, banyak waktu terbuang, dan saya memang malas untuk bekerja keras...

Kalimat terakhir ini memang terasa 'provokatif'. Kalimat-kalimat tadi dicuplik dari blog pribadi Badrony Yuzirman --catatan hariannya di internet. Roni kini memang sudah tak perlu bekerja keras. Lihat saja. Di usia ke-33, ia sudah memiliki banyak waktu senggang. Ia belum benar-benar pensiun memang. Tapi, setidaknya Roni bisa melakoni hobinya kapan saja ia mau: membaca, menggambar, menulis, dan mendengarkan musik.

Bagaimana bisa? Roni bukan pegawai negeri atau karyawan swasta yang mesti ngabsensi pukul delapan pagi. Ia pengusaha. Bisnisnya jualan busana muslim. Tapi, ia tidak seperti pengusaha busana kebanyakan: duduk di toko menunggui pembeli, dari pagi hingga sore.

Roni cukup duduk di depan komputer di rumahnya. Ia mengelola toko busana on-line. Order dilakukan via e-mail. Dengan cara ini, kata Roni kepada Republika, ''Saya bisa bisnis sambil santai. Tinggal kirim barang ke pelanggan.'' Ia tertawa kecil. Pelanggan Manet Plus --nama perusahaannya-- datang dari beragam kota. Dari Riau, Balikpapan, Banjarmasin, hingga Bali.

Bisnis on-line-nya lumayan berkembang. Saat ini Roni memiliki sepuluh pegawai dengan empat unit komputer PC. Padahal, cerita dia, dahulu ia memulai binis dari garasi rumah, bermodalkan satu unit komputer saja. Omzet per hari saat ini? ''Ya lumayan lah,'' tutur Roni yang perusahaannya tahun ini meraih predikat 'Enterprise 50' versi majalah SWA.

Berbisnis on-line membuatnya banyak waktu luang. Sementara, waktu luang membikin Roni lebih jernih berpikir. Tak syak lagi, Roni membenci rutinitas dan pressure. Dua hal ini, menurut dia, membuat potensinya tidak berkembang. Ia lebih suka memiliki banyak waktu untuk berpikir, mencari peluang, dan membuat planning. Ini, kata Roni, hanya bisa diperoleh dengan menjadi pengusaha.

Simak curhat Roni pada sebuah situs. Hari ini kita mau kemana, ya? Pertanyaan itu kerap saya ajukan mengingat saya memang lagi enggak ada kerjaan. Soalnya semua perencanaan dan persiapan bisnis sudah dilakukan jauh-jauh hari. Sekarang tinggal eksekusi atau pelaksanaan yang tidak perlu kami harus hadir setiap waktu. Paling-paling cuma kontrol aja.

Maka, Roni pun mulai mem-'provokasi' orang-orang. Di blog-nya, ia mendorong pembacanya untuk menjadi pengusaha. Ia kerap mengutip ucapan-ucapan Robert T Kiyosaki, pengarang buku laris Rich Dad, Poor Dad. Termasuk celoteh pengusaha agrobisnis Bob Sadino: saya tidak suka bekerja dalam tekanan, Makanya saya memilih jadi entrepreneur!

Suatu ketika Roni berjumpa seorang pengusaha muslim, Haji Ali. Dari sosok ini, Roni diyakinkan bahwa berwira usaha --memperkuat basis ekonomi-- adalah pilihan tepat. Sebab, mengacu hadis Nabi, ''Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah,'' kata Roni.

Banyak yang terprovokasi tulisan-tulisan Roni di blog pribadinya. Para pembaca setia blog ini kemudian sepakat membuat acara talk show dengan menghadirkan Haji Ali, tokoh sukses yang sering diceritakan pada blog Roni. Dari 40 orang yang hadir, beberapa di antaranya telah aktif berbisnis.

Mereka saling bertukar pikiran melihat peluang bisnis. Mereka pun memperluas 'pergaulan' lewat mailing list (milis). Suatu kali Roni memperoleh peluang bisnis. Ada tawaran sewa gratis 20 kios di sebuah mal di Jakarta Utara. Lewat millis, Roni pun cawe-cawe. ''Siapa berani ambil? Siapa mau jadi pengusaha?,'' cerita dia. Banyak yang langsung menggaet kios ini --menjadi pengusaha.

Iseng-iseng browsing di internet, Ryaad Kusuma (37 tahun) termasuk yang kaget menyimak adanya tawaran kios gratis di daerah elite. ''Kok enak banget ya,'' pikir Ryaad yang tak sempat kebagian kios-kios tadi. Setidaknya, inilah momen yang membuat Ryaad belajar bisnis bersama Roni dan kawan-kawan.

Ryaad pun menemukan bisnis baru: dagang busana muslimah. Sudah sejak lama memang Ryaad ingin kembali berbisnis. Usaha angkotnya pada 1995 kandas gara-gara krisis moneter. Belakangan, usaha jual software SMS murah pun luput. ''Cuma, waktu itu saya bingung mau dagang apa?'' tuturnya.

Anria Prisatiani (24 tahun) termasuk yang yang beruntung setelah ikut milis yang dikelola Roni. Sebelumnya ia ikut sebuah milis tentang menjadi pengusaha, yakni milis kuadran empat. Hanya saja isi milis lebih didominasi wacana-wacana semata, bukan solusi nyata.

Berawal dari sharing informasi di milis, saat ini Anria telah memiliki sebuah toko on-line, yakni etalase.net, yang juga menjual busana muslim berikut pernak-perniknya. Penjualan produk-produk toko on-line-nya, terang Anria, bahkan sudah mencapai Malaysia. n imy