Artikel ini dikutip dari :
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=276642&kat_id=458Berbisnis Lewat Internet Bertukar pikiran lewat internet, mereka membangun bisnis di rumah. Nama saya Roni. Sejak Maret 2004 saya dan istri memutuskan memulai bisnis menggunakan internet dan direct marketing dari rumah. Alasannya, Jakarta macet, banyak waktu terbuang, dan saya memang malas untuk bekerja keras... Kalimat terakhir ini memang terasa 'provokatif'. Kalimat-kalimat tadi dicuplik dari blog pribadi Badrony Yuzirman --catatan hariannya di internet. Roni kini memang sudah tak perlu bekerja keras. Lihat saja. Di usia ke-33, ia sudah memiliki banyak waktu senggang. Ia belum benar-benar pensiun memang. Tapi, setidaknya Roni bisa melakoni hobinya kapan saja ia mau: membaca, menggambar, menulis, dan mendengarkan musik.
Bagaimana bisa? Roni bukan pegawai negeri atau karyawan swasta yang mesti ngabsensi pukul delapan pagi. Ia pengusaha. Bisnisnya jualan busana muslim. Tapi, ia tidak seperti pengusaha busana kebanyakan: duduk di toko menunggui pembeli, dari pagi hingga sore.
Roni cukup duduk di depan komputer di rumahnya. Ia mengelola toko busana on-line. Order dilakukan via e-mail. Dengan cara ini, kata Roni kepada Republika, ''Saya bisa bisnis sambil santai. Tinggal kirim barang ke pelanggan.'' Ia tertawa kecil. Pelanggan Manet Plus --nama perusahaannya-- datang dari beragam kota. Dari Riau, Balikpapan, Banjarmasin, hingga Bali.
Bisnis on-line-nya lumayan berkembang. Saat ini Roni memiliki sepuluh pegawai dengan empat unit komputer PC. Padahal, cerita dia, dahulu ia memulai binis dari garasi rumah, bermodalkan satu unit komputer saja. Omzet per hari saat ini? ''Ya lumayan lah,'' tutur Roni yang perusahaannya tahun ini meraih predikat 'Enterprise 50' versi majalah SWA.
Berbisnis on-line membuatnya banyak waktu luang. Sementara, waktu luang membikin Roni lebih jernih berpikir. Tak syak lagi, Roni membenci rutinitas dan pressure. Dua hal ini, menurut dia, membuat potensinya tidak berkembang. Ia lebih suka memiliki banyak waktu untuk berpikir, mencari peluang, dan membuat planning. Ini, kata Roni, hanya bisa diperoleh dengan menjadi pengusaha.
Simak curhat Roni pada sebuah situs. Hari ini kita mau kemana, ya? Pertanyaan itu kerap saya ajukan mengingat saya memang lagi enggak ada kerjaan. Soalnya semua perencanaan dan persiapan bisnis sudah dilakukan jauh-jauh hari. Sekarang tinggal eksekusi atau pelaksanaan yang tidak perlu kami harus hadir setiap waktu. Paling-paling cuma kontrol aja.
Maka, Roni pun mulai mem-'provokasi' orang-orang. Di blog-nya, ia mendorong pembacanya untuk menjadi pengusaha. Ia kerap mengutip ucapan-ucapan Robert T Kiyosaki, pengarang buku laris Rich Dad, Poor Dad. Termasuk celoteh pengusaha agrobisnis Bob Sadino: saya tidak suka bekerja dalam tekanan, Makanya saya memilih jadi entrepreneur!
Suatu ketika Roni berjumpa seorang pengusaha muslim, Haji Ali. Dari sosok ini, Roni diyakinkan bahwa berwira usaha --memperkuat basis ekonomi-- adalah pilihan tepat. Sebab, mengacu hadis Nabi, ''Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah,'' kata Roni.
Banyak yang terprovokasi tulisan-tulisan Roni di blog pribadinya. Para pembaca setia blog ini kemudian sepakat membuat acara talk show dengan menghadirkan Haji Ali, tokoh sukses yang sering diceritakan pada blog Roni. Dari 40 orang yang hadir, beberapa di antaranya telah aktif berbisnis.
Mereka saling bertukar pikiran melihat peluang bisnis. Mereka pun memperluas 'pergaulan' lewat mailing list (milis). Suatu kali Roni memperoleh peluang bisnis. Ada tawaran sewa gratis 20 kios di sebuah mal di Jakarta Utara. Lewat millis, Roni pun cawe-cawe. ''Siapa berani ambil? Siapa mau jadi pengusaha?,'' cerita dia. Banyak yang langsung menggaet kios ini --menjadi pengusaha.
Iseng-iseng browsing di internet, Ryaad Kusuma (37 tahun) termasuk yang kaget menyimak adanya tawaran kios gratis di daerah elite. ''Kok enak banget ya,'' pikir Ryaad yang tak sempat kebagian kios-kios tadi. Setidaknya, inilah momen yang membuat Ryaad belajar bisnis bersama Roni dan kawan-kawan.
Ryaad pun menemukan bisnis baru: dagang busana muslimah. Sudah sejak lama memang Ryaad ingin kembali berbisnis. Usaha angkotnya pada 1995 kandas gara-gara krisis moneter. Belakangan, usaha jual software SMS murah pun luput. ''Cuma, waktu itu saya bingung mau dagang apa?'' tuturnya.
Anria Prisatiani (24 tahun) termasuk yang yang beruntung setelah ikut milis yang dikelola Roni. Sebelumnya ia ikut sebuah milis tentang menjadi pengusaha, yakni milis kuadran empat. Hanya saja isi milis lebih didominasi wacana-wacana semata, bukan solusi nyata.
Berawal dari sharing informasi di milis, saat ini Anria telah memiliki sebuah toko on-line, yakni etalase.net, yang juga menjual busana muslim berikut pernak-perniknya. Penjualan produk-produk toko on-line-nya, terang Anria, bahkan sudah mencapai Malaysia. n imy